Minggu, 24 Agustus 2014

Jenuh



Entah sudah berapa lama kita berpisah. Memutuskan untuk mengakhiri kisah cinta kita hanya karena kejenuhan yang mampir. Harusnya kita bisa memikirkan baik-baik tentang keputusan yang akan kita ambil pada saat itu.
Jika jenuh, mengapa kita tidak mencoba untuk bertahan pada saat itu? Toh, pada akhirnya kita akan saling merindukan satu sama lain, kita akan tetap saling memikirkan. Ya lucu memang. Kita bisa mengakhiri sebuah hubungan karena kejenuhan semata. Padahal kita bisa mencoba hal hal baru, atau sekedar memperbaiki hubungan kita sehingga kejenuhan itu akan hilang sendirinya.
Jika kita ingin mencoba untuk tetap bertahan, kita akan bertahan pada rasa jenuh yang menghampiri itu. Mungkin kita akan dapat bersatu hingga saat ini. mungkin kita takkan terlihat seperti orang asing yang tidak saling mengenal saat ini. mungkin kita masih bisa untuk ya sekedar tertawa bersama, mengobrol, menonton film, ya segalanya yang kita bisa lakukan bersama.
Lalu aku teringat ketika kamu selalu setia di sisiku. Mendengarkan segala keluh kesah ku, mendengarkan segala hal-hal gila yang selalu aku pikirkan dan kamu akan tertawa mendengarkannya, lalu aku bisa menceritakan merananya diriku karena idola-ku belum juga mem-follow ku di Twitter. Dan kita yang akan selalu rutin untuk pergi menonton film ketika tanggal hari jadi kita. hft banyak hal yang aku rindukan.
Andai saja kita dapat kembali seperti awal lagi.
Jujur, memandangi wajahmu dari kejauhan adalah kesukaanku. Entah mengapa setiap aku bosan, aku selalu refleks untuk memandangimu. Memandangimu dari kejauhan sudah dapat membuatku senyam-senyum sendiri.
Salah satu hal yang aku sukai adalah saat aku menatap wajahmu, kamu sedang menatapku juga saat itu. Mata kita saling berpandangan untuk sekian detik lalu kita pura-pura dengan ke-munafikan membuang muka. Layaknya kita hanya tidak sengaja saling berpandangan seperti itu.
Aku dapat merasakan jika rasa itu masih ada. Akui saja jika rasa itu masih membekas di lubuk hatimu. Tidak sesekali aku melihatmu sedang memandangku.
Oh jika rasa itu masih ada, mengapa kita tidak bisa kembali seperti dahulu lagi?
Mengapa kau tidak mencoba untuk ya sekedar menyapa ku, atau apalah. Mengapa kita tidak mengulang dan mencoba untuk memperbaiki sejak awal lagi?
Apakah aku harus menunggumu sampai kau ungkapkan perasaanmu kepadaku? Lalu, harus sampai kapan aku menunggu nantinya?
Apakah setelah sekian lama aku menunggumu kamu akan mengungkapan perasaan itu juga?
Halah, banyak sekali pertanyaan yang memenuhi kepalaku ini.
Hft, apa aku terlalu yakin ya jika kamu masih memiliki rasa untukku? Lalu bagaimana jika ternyata kamu sudah tidak memiliki perasaan apa-apa kepadaku? Apakah semua penantian ku nantinya akan sia-sia?
Yah yasudahlah aku berharap saja jika kamu akan kembali kepadaku . jika tidak, aku berharap bahwa aku dapat memandang wajahmu , memandangi dirimu tetapi tak ada rasa yang aku rasakan.